Monday, 23 January 2023

Mengatasi Writer's Block


Resume pertemuan ke 7, Gelombang 28 KBMN PGRI 

Hari/tanggal           : Senin, 23 Januari 2023

Judul                      : Mengatasi Writer's Block

Narasumber           : Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr

Moderator             : Raliyanti, S.Sos., M.Pd


Profil Narasumber : 

Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, anak kedua dari pasangan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga aktif di bidang literasi. 

Riwayat pendidikan :
- SDN Cipeundeuy Subang (1996-2002)            - 
SMPN 1 Cipeundeuy Subang (2002-2005)
- SMAN 1 Purwakarta (2005-2008)                    - 
Pendidikan Kimia UPI (2008-2012)
- PPG Daljab A3 UNM (2020)

Email & Blog : 
Email : dittawidyautami@gmail.com
Blog :
Blogspot (dittawidyautami.blogspot.com) 
Kompasiana (https://www.kompasiana.com/ditta13718)
Edublogs (https://jendelaipa.edublogs.org)
YouTube : ditta widya utami
Instagram/Twitter : @dittawidyautami                                                                      
LinkedIn : Ditta Widya Utami 

Prestasi dan karya-karya beliau bisa cek ke  :
https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1 


Mengatasi Writer's Block
Selamat malam bapak/ibu pembaca semua, salam sejahtera dan sehat selalu !
Malam ini saya akan menuliskan resume pertemuan ke 7 gelombang 28 KBMN PGRI, pertemuan ini di buka oleh moderator Ibu Raliyanti, S.Sos., MP.d, beliau membuka pertemuan ke 7 ini dengan membaca doa bersama dan menyampaikan susunan acaranya : 
Adapun agenda kegiatan malam ini:
1. Pembukaan
2. Paparan Materi
3. Tanya Jawab
4. Penutup
Utk tanya jawab bisa langsung japri ke nomor moderator yaitu : 081586462152 
Setelah dibuka dengan doa, kemudian saudara moderator mempersilahkan narasumber yaitu Ditta Widya Utami S.Pd.Gr.,  untuk menyampaikan materi malam ini, yang dimulai dengan menyampaikan profil narasumber. 

Narasumber  menyampaikan  beliau  mempunyai  blog di kompasiana dan di blogspot,  yaitu: 
https://www.kompasiana.com/ditta13718 dan https://dittawidyautami.blogspot.com,  Narasumber juga alumni kelas menulis yg kini bernama KBMN. Tepatnya alumni Gelombang Ke-7. 

Siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan tentu. Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa disebut satu per satu. narasumber sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Lalu saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. 

Atas arahan guru Bahasa Inggris  saat itu, narasumber juga menulis diary dalam bahasa Inggris. Ketika SMA, narasumber masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diarynya sempat berkomentar bahwa tulisannya sudah seperti novel 😅.  

Bahwa menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi self healing yang baik. Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dsb. Rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat bagi narasumber salah satunya dengan mengikuti lomba kreativitas mahasiswa, dan alhamdulillah narasumber menjadi juara. 

Disaat masih kuliah narasumber menulis proposal bersama teman-teman dan  berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, narasumber mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7. Narasumber sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, beliau kemudian kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor. 

Banyak alasan kenapa orang mau menulis, ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya. 

Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll. 

Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Karena WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.


Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak. Narasumber menjelaskan bahwa istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika. 

Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa narasumber katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan? Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya. 

Berikut adalah beberapa hal yang dapat mengakibatkan WB :

Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab :
Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.
Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga.
Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.
Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.
Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh.
Maka, mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi.
Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan.
Beberapa teman dan narasumber sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.
Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata.
Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan Insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.
Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis
Narasumber mengatakan jika membuka kembali diary berbahasa Inggris yang narasumber tulis saat duduk di kelas 2 SMP, beliau akan tersenyum bahkan tertawa sendiri.
Bagaimana tidak? Grammar nya saja banyak yang tidak sesuai, tapi beliau tetap PD menulis 😄 tak hanya satu, ada dua atau tiga diary.
Tapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB, bila saat itu beliau terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisannya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung. 

Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas. Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masih banyak kekhawatiran lainnya. Narasumber ingin semua mencoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya. Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai ? Ayo semangat menulis pinta narasumber. 

Itulah materi yang telah disampaikan oleh narasumber yaitu  Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr, sesi selanjutnya di lanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para peserta pada malam ini dan langsung dijawab oleh narasumber. Dari beberapa pertanyaan yang muncul bisa penulis simpulkan sebagai berikut : 
1. Yang penting, kita ngomong/nulis mereka paham, dan mereka ngomong/nulis dan kita paham
2. Sampaikan dengan niat yang baik dan tulus dari hati. Karena apa yang disampaikan dari hati, akan          sampai ke hati pula
3. Membuat skala prioritas dan jadwal menulis, kenali waktu emas dalam menulis, setiap orang berbeda
4. Kuatkan tekad, olah kembali, mulai menulis, ingat bersama bahwa menulis adalah kata kerja.                  Artinya  harus dilakukan baru ia akan bermakna
5. Kuatkan niat dalam menulis, menulislah sesuai dengan minat dan yang dikuasai, tetap konsisten              menulis, Yakin, bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat walau hanya untuk satu          orang 
6. Menulis dengan teknik free writing alias menulis bebas, tak perlu bingung benar salah yang penting        nulis
7. Yakin mimpi bisa diraih, jadilah mental penulis
8. Agar tulisannya bermutu,  tipsnya "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan        apa yang akan kita tulis
9. WB bisa katakan "penyakit" karena memang jika dibiarkan, dampaknya bisa fatal. Tak produktif lagi
10. Yang paling sulit saat menulis menurut adalah percaya dengan tulisan sendiri, cara mengatasinya            mengingat niat awal kita menulis. Mengingat kembali masa masa dimana kita menikmati proses             menulis itu sendiri
Karena   keterbatasan   waktu,  pertanyaan   yang  lainnya  oleh  narasumber  akan  di  jawab  di blog. 

Closing statement dari narasumber :
Ada pepatah yang mengatakan :  
"It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero."
Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih bermakna.

Tibalah sampai pada sesi yang terakhir adalah penutup, pada sesi ini ditutup dengan berdoa dipimpin oleh moderator. 

Demikian resume singkat malam ini, semoga bermanfaat. 
Salam literasi !